Sejarah Agama Hindu
Bagaimanakah perkembangan Agama Hindu di India dan d Indonesia?…
Untuk menjawab pertanyaan ini saya postingkan karya Bapak Drs. Anak Agung Gede Oka Netra dalam Tuntunan Dasar Agama Hindu:
PENGANTAR
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.
Sebagai Contoh: “
Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan, serta merugikan agama Hindu”.
Disamping itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan. Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian yang belum jelas dari hal yang sebenarnya terhadap agama Hindu.
AGAMA HINDU DI INDIA
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “
Rta“. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada
Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “
Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada
Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada
Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama “
Sidharta“, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
Krom (ahli – Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul “
Hindu Javanesche Geschiedenis“, menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (
Waisya) India.
Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Data Peninggalan Sejarah di Indonesia.
Data peninggalan sejarah disebutkan Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan pada beberapa prasasti di Jawa dan lontar-lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Sri Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia, melalui sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang. Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya dalam penyebaran agama Hindu, maka namanya disucikan dalam prasasti-prasasti seperti:
Prasasti Dinoyo (Jawa Timur):
Prasasti ini bertahun Caka 628, dimana seorang raja yang bernama Gajahmada membuat pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan suci dari Beliau.
Prasasti Porong (Jawa Tengah)
Prasasti yang bertahun Caka 785, juga menyebutkan keagungan dan kemuliaan Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka banyak istilah yang diberikan kepada beliau, diantaranya adalah:
Agastya Yatra, artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma.
Pita Segara, artinya bapak dari lautan, karena mengarungi lautan-lautan luas demi untuk Dharma.
AGAMA HINDU DI INDONESIA
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa:
“Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan “
Vaprakeswara“.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa
“Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “
Sruti indriya rasa“, Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok
Candi Arjuna dan
Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan
Candi Prambanan yang dihiasi dengan
Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada ke Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Pengertian Agama Hindu:
Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan “gam”. “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Om Swastyastu (artinya: Ya Tuhan semoga kami semua dalam keadaan sehat dan sejahtera).
Fitri Menurut sejarah, Nama Hindu muncul dari orang-orang persia yang datang ke India, mereka melihat peradaban baru yang tinggal di tepi sungai Sindu, orang-orang india yang tinggal di tepi sungai suci Sindu ini melakukan aktivitas spritual yang berbeda dengan orang-orang persia yang datang. Orang-orang persia ini kemudian memanggil orang-orang yang tinggal di tepi sungai Sindu ini dengan Orang Hindu, karena mereka sangat sulit mengucapkan S, kata Sindu terdengar Hindu. Sejak itulah kemudian orang-orang mengenal mereka dengan orang Hindu.
Agama yang mereka anut sebenarnya adalah bernama SANATANA DHARMA: artinya adalah KEBENARAN YANG ABADI. Hal ini terbukti bahwa Agama SANATANA DHARMA yang kemudian lebih dikenal dengan nama Agama Hindu sebagai Agama Tertua bisa bertahan dari gempuran waktu hingga kini. KEBENARANNYA ADALAH ABADI.
Fitri bisa lihat dalam sejarah Agama-agama Dunia, bagaimana Agama-agama lain lenyap ditelan masa.
Demikian kira sedikit info dari saya, kalo ada yang belon jelas monggo silah, kami tunggu..
Salam Damai.
Om Santi Santi Santi ( artinya: Ya Tuhan semoga dalam keadaan damai di hati kami, damai di alam samesta dan damai selalu selamanya)
Om Swastyastu (artinya: Ya Tuhan semoga kami semua dalam keadaan sehat dan sejahtera).
Fitri Menurut sejarah, Nama Hindu muncul dari orang-orang persia yang datang ke India, mereka melihat peradaban baru yang tinggal di tepi sungai Sindu, orang-orang india yang tinggal di tepi sungai suci Sindu ini melakukan aktivitas spritual yang berbeda dengan orang-orang persia yang datang. Orang-orang persia ini kemudian memanggil orang-orang yang tinggal di tepi sungai Sindu ini dengan Orang Hindu, karena mereka sangat sulit mengucapkan S, kata Sindu terdengar Hindu. Sejak itulah kemudian orang-orang mengenal mereka dengan orang Hindu.
Agama yang mereka anut sebenarnya adalah bernama SANATANA DHARMA: artinya adalah KEBENARAN YANG ABADI. Hal ini terbukti bahwa Agama SANATANA DHARMA yang kemudian lebih dikenal dengan nama Agama Hindu sebagai Agama Tertua bisa bertahan dari gempuran waktu hingga kini. KEBENARANNYA ADALAH ABADI.
Fitri bisa lihat dalam sejarah Agama-agama Dunia, bagaimana Agama-agama lain lenyap ditelan masa.
Demikian kira sedikit info dari saya, kalo ada yang belon jelas monggo silah, kami tunggu..
Salam Damai.
Om Santi Santi Santi ( artinya: Ya Tuhan semoga dalam keadaan damai di hati kami, damai di alam samesta dan damai selalu selamanya)
Om Swastiastu,,
Saya memiliki pengalaman, ” seorang lelaki tertarik untuk mengajak saya pada agamanya (kebetulan kami beda agama). Dia meyakinkan saya kalau agama yang saya junjung selama ini salah, yakni Hindu. Dengan kata-kata atau ucapan yang kurang enak didengar dia memaksa saya untuk mengikuti agamanya. Dia juga berkata kalau agama junjungan saya hanya akan membawa saya pada ‘neraka’. Nah, yang ingin saya tanyakan, Apakah di dalam agama Hindu mengajarkan kehidupan manusia untuk masuk neraka? Bagaimana seharusnya saya menyikapi sifat orang-orang seperti yang saua ceritakan?
Terima kasih dan Mohon balasannya.
Om Swastyastu,
Dalam konsep marketing.. .semua produk no.1, tidak ada yang mau dibilang nomor dua, oleh karena itu dalam penyebaran agamapun demikian ada dua kelompok besar yang memang berkeinginan untuk mendapatkan pengikut sebanyak-banyakknya karena mereka percaya dapat pahala besar kelak. Hal ini sangat wajar bukan hal yang luar biasa.
Mereka yang mengatakan Ajaran Agama Hindu salah adalah mereka yang seperi burung beo, karena bagaimana bisa dia yang belum pernah menjadi penganut Hindu yang kuat telah berani mengatakan bahwa agama Hindu itu adalah salah.
Agama Hindu mengajarkan; manusia bukan saja mencapai sorga atau neraka, namun lebih tinggi dari itu yaitu moksa.
Sorga dicapai bila karmawasana baiknya lebih banyak (contohnya Keluarga Pandawa)
Neraka dicapai bila karmawasana buruknya lebih banyak (contohnya Keluarga Korawa)
Moksa dicapai bila tidak lagi ada keterikatan akan dualitas (Para Maharsi seperti Mpu Kuturan, Mpu Dwijendra, Rsi Wiyasa, Visvamitra, dll). Tujuan utama umat Hindu bukan mencapai sorga tapi lebih tinggi dari sorga “Moksartham Jagadhita Ya Ca iti Dharma” Moksa dan Kebahagiaan Abadi merupakan tujuan manusia hidup.
Mari kita uji bahwa Hindu adalah agama yang sangat relevan bahkan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan modern sekalipun:
1. Menurut agama lain, tubuh manusia terbuat dari tanah, oleh karena itu kembali ke tanah… (persoalan muncul ketika berada di metropolis seperti jakarta, kuburan di gusur sana sini, kesulitan tempat menguburkan….) juga bila mengidap penyakit menular sangat berbahaya menguburnya disembarang tempat..
Menurut Hindu, tubuh manusia terbuat dari lima unsur (tanah, api, air, udara, dan ruang/ether) hal ini sesuai dengan ilmu biologi yang mengatakan bahwa ciri-ciri mahluk hidup itu memerlukan air, memerluka oxygen… juga sesuai dengan teori penciptaan alam…bahwa sebelum terbentuk tanah, pertama ether/ruang dulu, baru kemudian prana…dst…
untuk mengembalikan kelima unsur itu maka diabukan (dibakar)… tidak ada istilah kena gusur, segala penyakit dibakar.. proses penguraian lebih cepat ke unsur aslinya…
2. Konsep tentang Tuhan, di Agama lain, bahwa Tuhan itu hanya tidak berwujud, berada di suatu tempat yang mulia…
Dalam Hindu, Tuhan itu Maha Segala-galanya, jadi bisa Tidak berwujud (Nirgunam Brahman), bisa berwujud (Sagunam Brahman). Tuhan bisa berada di tempat mulia (Vaikuntaloka), bisa berada dimana-mana sesuai kehendak-Nya (Wyapi-wyapaka Nirwikara)…
dan masih banyak lagi kelebihannya kalau mau dibahas satu persatu….
jadi Putu lia jangan pernah merasa minder menjadi Hindu, Bli sendiri sudah tinggal di negeri orang selama 9 tahun sekarang, Bli sangat mensyukuri lahir di Keluarga Hindu, semoga kita bisa senantiasa memahami dan menjalankan kehinduan kita pada setiap langkah pikir, kata dan laku kita….
Apabila ada pertanyaan jangan ragu….
Santih
semoga damai selalu…
Tugas dan kewajiban umat adalah:
1. menjalankan kewajiban sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat (komunitas dimana berada), warga negara, sebagai umat beragama (sesuai dengan agama yang diyakininya).
2. mewujudkan cinta dalam setiap gerak pikir, kata dan lakunya. Sehingga setiap aktivitas dilandasi oleh cinta. Cinta yang berawal dari dalam diri menjadi cinta universa.
3. mewujudkan keharmonisan hubungan dengan Sang Pencipta, para malaikat/para dewa, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.
4. menundukkan dan menguasai musuh dalam diri yang berupa, marah, loba, irihati, mabuk, bingung, keinginan/nafsu
Bisakah aku menjadi sabar…?
BISA!
Apa yang Tuhan sayangi…?
Umat yang melaksanakan kewajiban di atas…
. Agama Hindu mengenal reinkarnasi.
Seperti yang Bapak ketahui bahwa inti ajaran Agama Hindu adalah Panca Sradda; Lima Keyakinan:
1. Percaya dengan adanya Tuhan
2. Percaya dengan adanya Atman (Roh yang menghidupi mahluk)
3. Percaya dengan adanya Karma Phala
4. Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/Numitis/Lahir Kembali
5. Percaya dengan adanya Moksa/Nirvana
Tujuan agama Hindu adalah mencapai Moksa = bersatunya kembali Atman dengan Tuhan. (bersatu dengan Tuhan)
Bukan Sorga, (dunia yang penuh dengan kenikmatan dan berada dekat dengan Tuhan)
Bila belum mampu mencapai moksa maka mereka akan mengalami proses reinkarnasi, mengalami sorga dan neraka.
Bila perbuatannya baiknya banyak dia akan masuk sorga kemudian dia akan reinkarnasi lagi menjadi manusia yang mendukung dia untuk mencapai moksa (lahir di keluarga spritual dan berkecukupan),
bila perbuatan buruknya lebih banyak maka dia akan lahir menjadi orang yang menderita, atau menjadi mahluk-mahluk bawahan… Dia akan terus mengalamai reinkarnasi sampai dia mampu mencapai Moksa..
Demikianlah prosesnya, kalo ada keraguan silahkan ditanyakan, tiang siap memberikan penjelasan semampunya..
Peraturan dibuat dengan berbagai kepentingan, misalnya dalam pembelian Mobil Volkswagen (VW) di negaranya sendiri harganya sangat mahal, dibandingkan dengan di negara lain contohnya UAE, makanya teman saya yang dari Jerman beli Mobil VW di UAE, kemudian di bawa ke negaranya
Di Indonesia membeli mobil buatan luar negeri pajaknya 300%, sementara di UAE tidak ada pajak, nah kenapa peraturan ini berbeda? karena kepentingannya berbeda, demikian pula di satu tempat/negara, peraturan dibuat untuk menjalankan kepentingan pemerintah baru, ada unsur politis di dalamnya… demikian pula agama yang mengaku terbaru dan terbaik karena ada unsur politis untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya agar nantinya dapat pahala sebanyak-banyaknya..
Kalo diibaratkan makanan, Nasi adalah makanan Pokok Bangsa Indonesia dari jaman ke jaman, walaupun datang makanan pokok baru dari negara lain seperti Gandum/Roti (Barat), Parota (India), Japati (India), Kobus (Arab), dll. Tetap saja Bangsa Indonesia nikmat hidup dengan makan nasi, tidak marem rasanya kalo belum makan nasi… Jadi dalam hal ini bila Agama diibaratkan dengan makanan pokok, tetap ajeg sepanjang jaman asal tanah dan kondisi alamnya mendukung…
Namun Sanatana Dharma (Kebenaran Yang Abadi) yang oleh orang Persia disebut dengan Hindhu, kekal sepanjang Jaman dari 6000 tahun sebelum masehi hingga kini tetap menjadi salah satu Agama terbesar di Dunia… dan inilah peninggalan leluhur Bangsa Indonesia, Banyak wahyu yang diterima oleh Leluhur kami Bangsa Indonesia baik di Gunung Raung (Jawa), Dieng (Jawa), 1000 Masehi (Maha Rsi Dharma Kerthi) di Sumatra…..di Bali…dan ditempat-tempat yang lain…
Agama yang mampu menciptakan kedamaian, keharmonisan, bukan konflik pertengkaran dan pembunuhan…
Agama baru akan terus bermunculan… sepanjang jaman, dan mereka akan diuji oleh jaman itu sendiri, sehingga satu persatu berjatuhan hingga lenyap ditelan masa….
Tidak demikian dengan Sanatana Dharma (oleh orang Persia disebut Hindu), dari 6000 tahun sebelum masehi terus bertahan hingga kini.
Banyak sekali agama-agama bermunculan setelahnya dan seiring berjalannya waktu berguguran… karena banyak yang tidak bisa masuk di logika manusia dan penuh dengan dogma yang mengikat…..
Demikian sedikit penjelasan dari kami, kurang lebihnya mohon maaf, bila Anda ingin berdebat tentang Agama Anda secara indah dan penuh kasih kami akan senang hati menjamu Anda…
Salam Damai dan Sejahtera selalu
Made M.
Dalam sejarah terbukti agama yang mengandalkan politis akan musnah cepat ataupun lambat, beberapa agama yang baru lahir sering mengklaim dirinya paling bagus tapi bila diperhatikan sebagiaan besar negeri yang menganutnya mayoritas terjadi pergolakan
menurut sastrawan Tolstoy, ada tiga jenis manusia terkait dengan agamanya:
1. Manusia yang tidak percaya dengan seluruh kepercayaan/agama apapun
2. Manusia yang melanjutkan agama yang diterima dari orang tuanya
3. Manusia yang mengikuti kata hatinya..
Kami berterima kasih dengan ketertarikan Giovanni, ingin mengetahui agama hindu lebih mendalam…. silahkan selami dan pelajari, bila ada pertanyaan yang sekiranya saya bisa bantu menjawab, tentu dengan senang hati akan saya jawab, dan selamat menjalani proses pencarian… semoga Giovanni menemukan kedamaian dan kebahagiaan
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen , maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya ; “ Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timu r (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha , dll) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M . Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuli yah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:
“Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)
Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam a dalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pendangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden) . Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar, dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataa nn ya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih da ri tujuh, bumi te ta p saja bergoyang, karena gempat.
Kedua, kontradiksi- kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi – kontradiksi intra maupun antar kitab suci – kitab suci agama-agama in i. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuha n (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan H agar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita – berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh , dll ”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata – kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Qur’an terdapat ayat – ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama – agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini , betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran – ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama – agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno . Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan. “
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena – mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal in i sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.
Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan mem fal sifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu da ri Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajara n yang dikandung kitab suci – kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai – nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, keb a ikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat , menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak peoggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat berbaga i cacat da ri kitab suc i- kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang da ri Tuhan, tetapi da ri manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan- T uhan mereka adalah buatan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi in i tidak dipergunakan di dalam ba i k buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. D ianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abraham ik dan agama Timur.
(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.
om swastiastu,
maaf tyang kalau banyak bertanya, tyang ini masih buta dengan ajaran tyang (hindu. begini teman-teman tyang juga sering bertanya knapa agama hindu berbeda-beda di setiap negara, padhal agama hindu kan berasal dari india, kenapa bisa berbeda?? baik itu dari segi hari raya, pakaian, bahkan ada dari doa-doa memakai bahasa bali kuno.jangankan di dunia di indonesia saja agama hindu itu berbeda, seperti hindu jawa, bali, hindu dayak. terlihat bahwa hindu itu tidak kompak tidak ada acuan yang pasti.
nahh tyang bingung kalau menganggapi pertanyaan seperti itu. skali lagi mohon pencerahannya.
suksme
PENJELASAN:
Agama Hindu memiliki 3 kerangka dasar yang terdiri dari:
1. TATWA/FILSAFAT
2. ETIKA/SUSILA
3. UPACARA/RITUAL
Dalam FILSAFAT/TATWA Agama Hindu dimanapun berada SAMA,mendasarkan diri pada VEDA (Baik Sruti maupun Smerthi), ITIHASA (Ramayana, Mahabharata, Upanisad, dst). Contohnya: Setiap orang Hindu percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa: dasar acuannya Veda: “Ekam Evam Adwityam Brahman”, Hanya ada satu Tuhan tidak ada yang kedua.
Setiap orang Hindu Percaya Hukum Karma Phala dimanapun berada…. dan seterusnya
Dalam SUSILA, orang hindu juga sama, contohnya: Ahimsa: Tidak boleh menyakiti mahluk lain baik melalui pikiran perkataan dan perbuatan, contoh lainnya: Semua Orang Hindu menjujung tinggi Kejujuran acuannya: Ajaran Arjawa (jujur) dan Panca Satya (lima kesetiaan seperti: Setia Pada Kata Hati, Setia Pada Ucapan, Setia Pada Tindakan, Setia Pada Janji, dan Setia pada Teman), contoh lainnya, semua orang Hindu menjalankan ajaran Tat Twam Asi, Kamu adalah Aku, Aku adalah Kamu, jadi kalo aku menyakitimu sama dengan aku menyakiti diriku sendiri, jadi Aku harus menyayangimu seperti menyayangi diriku sendiri, sehingga dalam pergaulan akan diterima dimanapun berada…. dan masih banyak lagi bisa dibahas pada session yang lain.
PADA upacara/ritual, dasarnya adalah keihlasan… kebebasan.. karena umat Hindu sangat menghargai kebebasan Individu dalam mengekspresikan rasa kasih sayangnya, rasa cintanya Pada Tuhan, oleh karena itu Agama Hindu sangat menghargai budaya setempat dimana orang Hindu berada, menjaga local geniusnya, menjaga tradisi budaya yang telah tercipta ribuan tahun….
Dasar Ritual adalah Yadnya: Korban Suci yang tulus ikhlas… jadi ukurannya KEIHLASAN…Dan Orang Hindu percaya apapun yang Ada adalah Ciptaan Tuhan otomatis juga adalah Miliki Tuhan/Hyang Widdhi, jadi sebelum menikmati harus dihaturkan terlebih dulu pada yang Punya, Minta Ijin dulu…. Bila dia seorang Nelayan punyanya hanya Ikan maka, Ikan yang dipersembahkan pada Tuhan… Bila dia seorang Pembuat Kue, Kue yang dimiliki maka, Kuelah yang dipersembahkan kepada Tuhan,… Bila dia seorang Penari, punyanya tarian, maka tarianlah yang dipersembahkan kepada Tuhan… Bila dia seorang Tukang Ukir, dibikinlah bangunan yang indah-indah tempat untuk memuliakan Tuhan… dan seterusnya… Di Bali masyarakatnya sebagian besar adalah seniman… maka dia menghaturkan hasil karya seninya, daun yang dia punya diukir biar indah, buah yang dia punya dirangkai dengan indah, sehingga yang paling indah, yang paling enak dan yang paling bagus semua dihaturkan pada Tuhan, nanti sisanya baru dinikmati…
Demikian pula, karena budaya dan tradisi suku Bali, Jawa, Dayak, berbeda-beda maka tampaklah mereka berbeda-beda, seperti ketika bapak berpakaian, dalam satu keluarga pasti tidak percis sama, dari ukurannya beda, modelnya beda, warnanya beda, bahannya beda… dan seterusnya… JADI PERBEDAAN ITU ADALAH SANGAT ALAMI, DAN BEING SPRITUAL IS BEING NATURAL… Semakin spritual orang akan semakin menyatu dengan alam, sehingga berbuah kedamaian, keindahan dan kebenaran….
Dalam menuju Tuhan, Umat Hindu menyediakan banyak jalan (Yoga), ada dengan mendasarkan Kecerdasan, bisa lewat Jnana Yoga, Ada yang mendasarkan kerja tanpa pamrih, bisa lewat Karma Yoga, Ada yang medasarkan rasa, lahirlah berbagai karya seni, bangunan, tari, lukisan, patung, dsb, bisa lewat Bhakti Yoga, Ada yang suka berpuasa, berlatih nafas, berkonsentrasi, berkontemplasi, merenung, bisa lewat Raja Yoga, semua itu ada tuntunannya… Dan karena manusia lahir dengan perbedaan inilah makanya disediakan jalan yang berbeda-beda, oleh karenanya tampak berbeda -beda.
Contoh kecil saja: Dalam mendapatkan uang, karena orang terlahir berbeda-beda maka caranya dapat uang juga berbeda-beda, ada yang berdagang, ada yang bertani, ada yang beternak, ada yang berkebun, ada yang menjadi nelayan, ada yang menjadi pegawai negeri, ada yang jadi pegawai swasta… yang penting di dasari oleh kebenaran dalam menjalankan tugasnya, JUJUR, SATYA, AHIMSA, ARJAWA, dst….
Sekian itulah sekilas sejarah agama HINDU.