Sabtu, 23 Juli 2011

MAKNA & TATA CARA PERSEMBAHYANGAN UMAT HINDU

MAKNA DAN TATA CARA
PERSEMBAHYANGAN UMAT HINDU
Definisi Sembahyang
Salah satu hakekat inti ajaran agama adalah sembahyang. Menurut kitab Atharwa Weda XI. 1.1, unsur iman atau Sraddha dalam Agama Hindu meliputi: (1) Satya, (2) Rta, (3) Tapa, (4) Diksa, (5) Brahma dan (6) Yajna. Dari keenam unsur iman di dalam Agama Hindu menurut kitab Atharwa Weda itu, dua ajaran terakhir termasuk ajaran sembahyang (Bajrayasa, Arisufhana & Goda 1981:12).
Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu: (1) Sembah yang berarti sujud atau sungkem yang dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran baik dengan ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran. (2) Hyang berarti yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Bajrayasa, Arisufhana & Goda 1981:13).
Di dalam bahasa sehari-hari kata sembahyang atau “mebhakti” atau “maturan”. Disebut “muspa” karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan persembahan kembang (puspa). Disebut “mebhakti” karena inti dari persembahan itu adalah penyerahan diri setulus hati tanpa pamrih kepada Hyang Widhi. Demikian pula kata “maturan” yang artinya mempersembahkan apa saja yang merupakan hasil karya sesuai dengan kemampuan dengn perasaan yang tulus ikhlas, seperti bunga, buah-buahan, jajanan, minuman dan lain-lain (Bajrayasa, Arisufhana & Goda 1981:13). Mangku Linggih, pemangku di Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, menambahkan makna maturan sebagai wujud syukur atas rejeki yang diberikan Hyang Widhi, sehingga kita wajib mempersembahkan/menghaturkan pemberian beliau terlebih dahulu. Setelah sembahyang baru kita “ngelungsur (prasadam)” apa yang telah kita haturkan, seperti canang, buah-buahan, dan sebagainya.
Manfaat Bersembahyang
Menurut Ketut Wiana (2005:49) salah satu manfaat sembahyang adalah untuk memelihara kesehatan. Selain pikiran menjadi jernih, sikap-sikap sembahyang seperti asana (padmasana, siddhasana, sukhasana, dan bajrasana) membuat otot dan pernafasan menjadi bagus.
Selain untuk kesehatan, bersembahyang dan berdoa juga mendidik kita untuk memiliki sifat ikhlas karena apa yang ada di dalam diri dan di luar diri kita tidak ada yang kekal, cepat lambat akan kita tinggalkan atau berpisah dengan diri kita. Keikhlasan inilah yang dapat meringankan rasa penderitaan yang kita alami karena kita telah paham benar akan kehendak Hyang Widhi. Bersembahyang juga dapat menentramkan jiwa karena adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu akan melindungi umatNya.
Perbudakan materi juga dapat diatasi dengan bersembahyang karena orang akan dapat melihat dengan terang bahwa harta benda harus dicari dengan Dharma untuk melaksanakan Dharma. Sembahyang dengan tekun akan dapat menghilangkan rasa benci, marah, dendam, iri hati dan mementingkan diri sendiri, sehingga meningkatkan cinta kasih kepada sesama. Membenci orang lain sama saja dengan membenci diri sendiri karena Jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah satu, bersumber dari Tuhan, seperti yang diajarkan dalam ajaran Tat Twam Asi. Kemudian dengan sembahyang kita dimotivasi untuk melestarikan alam karena bersembahyang membutuhkan sarana yang berasal dari alam, seperti bunga, daun, buah, sumber mata air, dan sebagainya.
Persiapan Sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir seperti pakaian, bunga, dupa, sikap duduk, pengaturan nafas dan sikap tangan. Sedangkan persiapan bathin adalah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang (Sujana & Susila, 2002:27-28) adalah sebagai berikut:
1. Asuci laksana, yaitu membersihkan badan dengan mandi.
2. Pakaian, hendaknya memakai pakaian sembahyang yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran dan sesuai dengan Desa Kala Patra (waktu, tempat dan keadaan).
3. Bunga dan Kawangen, yaitu lambang kesucian sehingga diusahakan memakai bungan yang segar, bersih dan harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga. Menurut Mangku Gede Darsa, pemangku Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, kawangen berasal dari kata kewangi (keharuman) yang menunjukkan cinta harum kita kepada Hyang Widhi. Beliau juga menambahkan bahwa kawangen juga menyimbolkan alam bhuana agung, seperti bulan, matahari dan bintang. Bentuknya yang segitiga menunjukkan apa yang kita mohon menuju pada diri kita.
4. Dupa, yaitu simbol Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi.
5. Tempat duduk hendaknya tidak menggangu ketenangan untuk sembahyang dan diusahakan beralaskan tikar dan sebagainya. Arah duduk adalah menghadap pelinggih.
6. Sikap duduk dapat dipilih sesuai Desa Kala Patra dan tidak mengganggu ketenangan hati. Ada empat yaitu padmasana, siddhasana, sukhasana, dan bajrasana.
7. Sikap tangan yang baik pada waktu sembahyang adalah “cakupang kara kalih”, yaitu kedua telapak tangan dikatupkan diletakkan di depan ubun-ubun. Bunga atau kawangen dijepit pada ujung jari.
Urutan Sembahyang
Menurut Mangku Linggih, sebelum kita masuk ke areal Pura hendaknya “melukat” terlebih dahulu dengan memercikkan tirtha kepada diri kita, sebagai simbol menyucikan diri dan mohon ijin secara niskala. Mangku Gede Darsa menambahkan bahwa umat hendaknya masuk ke Pura melalui pintu sebelah kiri dan keluar menuju pintu sebelah kanan karena harus sesuai dengan arah perputaran waktu yang selalu maju.
Sebelum melaksanakan Panca Kramaning Sembah hendaknya melaksanakan Puja Trisandya. Mangku Darsana memberi saran, “Dalam melakukan Puja Trisandya baik sendirian maupun berkelompok hendaknya kita berkonsentrasi dengan baik, mengikuti desah nafas kita dengan halus dan pelan. Sepanjang mampu kita bernafas lantunkanlah sloka-sloka tersebut dengan lemah lembut. Kalau kita melantunkan sloka dengan pikiran, maka mantram tersebut seperti terkejar-kejar atau belomba-lomba dan tidak berakhir dengan bersamaan”.
Setelah melakukan Puja Trisandya, kita lanjutkan dengan melaksanakan Panca Kramaning Sembah yang bermakna (Bajrayasa, Arisufhana & Goda 1981:29) sebagai berikut:
1. Sembah pertama dengan tangan kosong (puyung) yang intinya bertujuan untuk memohon kesucian dan memusatkan pikiran.
2. Sembah kedua, ketiga dan keempat dengan memakai bungan dan kawangen dengan tujuan penyampaian rasa hormat kepada Tuhan, penyampaian hormat kepada sifat wujudNya dalam segala manifestasiNya dan kepada para Dewa, serta penyampaian permohonan maaf dan permohonan anugrah.
3. Sembah kelima, yaitu sembah tangan kosong yang merupakan sembah penutup sebagai rasa terima kasih atas rahmatNya dan mengantarkan kembali ke alam gaib.
Setelah melaksanakan persembahyangan, umat dipercikkan tirtha wangsuh Ida Bhatara. Tirta ini dipercikkan 3-7 kali di kepala, 3 kali diminum dan 3 kali mencuci muka (meraup). Hal ini dimaksudkan agar pikiran dan hati umat menjadi bersih dan suci. Kebersihan dan kesucian hati adalah pangkal ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan lahir dan bathin itu sendiri (Sujana & Susila, 2002:31)
Kemudian mawija atau mabija dilakukan setelah selesai metirtha yang merupakan rangkaian terakhir dari suatu persembahyangan. Wija atau bija adalah biji beras yang dicuci dengan air atau air cendana. Bila dapat diusahakan beras galih, yaitu beras yang utuh tidak patah (aksata). Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Jadi, mewija mengadung makna menumbuh kembangkan benih ke-Siwa-an itu di dalam diri umat (Sujana & Susila, 2002:31-32).
Mangku Gede Darsa memberi saran dalam melaksanakan Panca Kramaning Sembah yang dipimpin oleh Pinandita, hendaknya umat tidak ikut me-mantram. Hal ini dianalogikan bahwa Pinandita itu seperti supir bus, sedangkan umat adalah penumpang. Sopir akan mengantarkan penumpangnya sampai tempat tujuan atau terminal. Jika penumpang juga ikut menyetir akan timbul kegaduhan. Sehingga, persembahyangan tidak menjadi tenang dan menggangu umat lain yang ingin mengadu masalah hidup kepada Hyang Widhi dan memohon sinar suci-Nya dan tuntunan-Nya menghadapi masalah. Namun, ikut me-mantram tidak dilarang karena menurut Mangku Gede Darsa bahwa mungkin umat itu tidak sedang dalam masalah atau ingin belajar menghapalkan mantram tersebut, asal tidak mengganggu konsentrasi umat lain yang sedang sembahyang.
Sesungguhnya begitu banyak makna yang terkandung dalam persembahyangan, tidak hanya sekedar “nyakupang tangan” dan “ngelungsur”. Semoga ulasan sederhana mengenai makna dan tata cara persembahyangan umat Hindu dapat bermanfaat bagi umat seDharma.

SEJARAH AGAMA HINDU

Sejarah Agama Hindu
Bagaimanakah perkembangan Agama Hindu di India dan d Indonesia?…
Untuk menjawab pertanyaan ini saya postingkan karya Bapak Drs. Anak Agung Gede Oka Netra dalam Tuntunan Dasar Agama Hindu:
PENGANTAR
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.
Sebagai Contoh: “Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan, serta merugikan agama Hindu”.
Disamping itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan. Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian yang belum jelas dari hal yang sebenarnya terhadap agama Hindu.
AGAMA HINDU DI INDIA
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “Rta“. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama “Sidharta“, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
Krom (ahli – Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul “Hindu Javanesche Geschiedenis“, menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Data Peninggalan Sejarah di Indonesia.
Data peninggalan sejarah disebutkan Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan pada beberapa prasasti di Jawa dan lontar-lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Sri Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia, melalui sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang. Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya dalam penyebaran agama Hindu, maka namanya disucikan dalam prasasti-prasasti seperti:
Prasasti Dinoyo (Jawa Timur):
Prasasti ini bertahun Caka 628, dimana seorang raja yang bernama Gajahmada membuat pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan suci dari Beliau.
Prasasti Porong (Jawa Tengah)
Prasasti yang bertahun Caka 785, juga menyebutkan keagungan dan kemuliaan Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka banyak istilah yang diberikan kepada beliau, diantaranya adalah: Agastya Yatra, artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma. Pita Segara, artinya bapak dari lautan, karena mengarungi lautan-lautan luas demi untuk Dharma.
AGAMA HINDU DI INDONESIA
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan “Vaprakeswara“.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa“, Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada  ke Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan  menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
Pengertian Agama Hindu:
Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata “A” dan “gam”. “a” berarti tidak dan “gam” berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.
Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.
Om Swastyastu (artinya: Ya Tuhan semoga kami semua dalam keadaan sehat dan sejahtera).
Fitri Menurut sejarah, Nama Hindu muncul dari orang-orang persia yang datang ke India, mereka melihat peradaban baru yang tinggal di tepi sungai Sindu, orang-orang india yang tinggal di tepi sungai suci Sindu ini melakukan aktivitas spritual yang berbeda dengan orang-orang persia yang datang. Orang-orang persia ini kemudian memanggil orang-orang yang tinggal di tepi sungai Sindu ini dengan Orang Hindu, karena mereka sangat sulit mengucapkan S, kata Sindu terdengar Hindu. Sejak itulah kemudian orang-orang mengenal mereka dengan orang Hindu.
Agama yang mereka anut sebenarnya adalah bernama SANATANA DHARMA: artinya adalah KEBENARAN YANG ABADI. Hal ini terbukti bahwa Agama SANATANA DHARMA yang kemudian lebih dikenal dengan nama Agama Hindu sebagai Agama Tertua bisa bertahan dari gempuran waktu hingga kini. KEBENARANNYA ADALAH ABADI.
Fitri bisa lihat dalam sejarah Agama-agama Dunia, bagaimana Agama-agama lain lenyap ditelan masa.
Demikian kira sedikit info dari saya, kalo ada yang belon jelas monggo silah, kami tunggu..
Salam Damai.
Om Santi Santi Santi ( artinya: Ya Tuhan semoga dalam keadaan damai di hati kami, damai di alam samesta dan damai selalu selamanya)
Om Swastyastu (artinya: Ya Tuhan semoga kami semua dalam keadaan sehat dan sejahtera).
Fitri Menurut sejarah, Nama Hindu muncul dari orang-orang persia yang datang ke India, mereka melihat peradaban baru yang tinggal di tepi sungai Sindu, orang-orang india yang tinggal di tepi sungai suci Sindu ini melakukan aktivitas spritual yang berbeda dengan orang-orang persia yang datang. Orang-orang persia ini kemudian memanggil orang-orang yang tinggal di tepi sungai Sindu ini dengan Orang Hindu, karena mereka sangat sulit mengucapkan S, kata Sindu terdengar Hindu. Sejak itulah kemudian orang-orang mengenal mereka dengan orang Hindu.
Agama yang mereka anut sebenarnya adalah bernama SANATANA DHARMA: artinya adalah KEBENARAN YANG ABADI. Hal ini terbukti bahwa Agama SANATANA DHARMA yang kemudian lebih dikenal dengan nama Agama Hindu sebagai Agama Tertua bisa bertahan dari gempuran waktu hingga kini. KEBENARANNYA ADALAH ABADI.
Fitri bisa lihat dalam sejarah Agama-agama Dunia, bagaimana Agama-agama lain lenyap ditelan masa.
Demikian kira sedikit info dari saya, kalo ada yang belon jelas monggo silah, kami tunggu..
Salam Damai.
Om Santi Santi Santi ( artinya: Ya Tuhan semoga dalam keadaan damai di hati kami, damai di alam samesta dan damai selalu selamanya)
Om Swastiastu,,
Saya memiliki pengalaman, ” seorang lelaki tertarik untuk mengajak saya pada agamanya (kebetulan kami beda agama). Dia meyakinkan saya kalau agama yang saya junjung selama ini salah, yakni Hindu. Dengan kata-kata atau ucapan yang kurang enak didengar dia memaksa saya untuk mengikuti agamanya. Dia juga berkata kalau agama junjungan saya hanya akan membawa saya pada ‘neraka’. Nah, yang ingin saya tanyakan, Apakah di dalam agama Hindu mengajarkan kehidupan manusia untuk masuk neraka? Bagaimana seharusnya saya menyikapi sifat orang-orang seperti yang saua ceritakan?
Terima kasih dan Mohon balasannya.
Om Swastyastu,
Dalam konsep marketing.. .semua produk no.1, tidak ada yang mau dibilang nomor dua, oleh karena itu dalam penyebaran agamapun demikian ada dua kelompok besar yang memang berkeinginan untuk mendapatkan pengikut sebanyak-banyakknya karena mereka percaya dapat pahala besar kelak. Hal ini sangat wajar bukan hal yang luar biasa.
Mereka yang mengatakan Ajaran Agama Hindu salah adalah mereka yang seperi burung beo, karena bagaimana bisa dia yang belum pernah menjadi penganut Hindu yang kuat telah berani mengatakan bahwa agama Hindu itu adalah salah.
Agama Hindu mengajarkan; manusia bukan saja mencapai sorga atau neraka, namun lebih tinggi dari itu yaitu moksa.
Sorga dicapai bila karmawasana baiknya lebih banyak (contohnya Keluarga Pandawa)
Neraka dicapai bila karmawasana buruknya lebih banyak (contohnya Keluarga Korawa)
Moksa dicapai bila tidak lagi ada keterikatan akan dualitas (Para Maharsi seperti Mpu Kuturan, Mpu Dwijendra, Rsi Wiyasa, Visvamitra, dll). Tujuan utama umat Hindu bukan mencapai sorga tapi lebih tinggi dari sorga “Moksartham Jagadhita Ya Ca iti Dharma” Moksa dan Kebahagiaan Abadi merupakan tujuan manusia hidup.
Mari kita uji bahwa Hindu adalah agama yang sangat relevan bahkan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan modern sekalipun:
1. Menurut agama lain, tubuh manusia terbuat dari tanah, oleh karena itu kembali ke tanah… (persoalan muncul ketika berada di metropolis seperti jakarta, kuburan di gusur sana sini, kesulitan tempat menguburkan….) juga bila mengidap penyakit menular sangat berbahaya menguburnya disembarang tempat..
Menurut Hindu, tubuh manusia terbuat dari lima unsur (tanah, api, air, udara, dan ruang/ether) hal ini sesuai dengan ilmu biologi yang mengatakan bahwa ciri-ciri mahluk hidup itu memerlukan air, memerluka oxygen… juga sesuai dengan teori penciptaan alam…bahwa sebelum terbentuk tanah, pertama ether/ruang dulu, baru kemudian prana…dst…
untuk mengembalikan kelima unsur itu maka diabukan (dibakar)… tidak ada istilah kena gusur, segala penyakit dibakar.. proses penguraian lebih cepat ke unsur aslinya…
2. Konsep tentang Tuhan, di Agama lain, bahwa Tuhan itu hanya tidak berwujud, berada di suatu tempat yang mulia…
Dalam Hindu, Tuhan itu Maha Segala-galanya, jadi bisa Tidak berwujud (Nirgunam Brahman), bisa berwujud (Sagunam Brahman). Tuhan bisa berada di tempat mulia (Vaikuntaloka), bisa berada dimana-mana sesuai kehendak-Nya (Wyapi-wyapaka Nirwikara)…
dan masih banyak lagi kelebihannya kalau mau dibahas satu persatu….
jadi Putu lia jangan pernah merasa minder menjadi Hindu, Bli sendiri sudah tinggal di negeri orang selama 9 tahun sekarang, Bli sangat mensyukuri lahir di Keluarga Hindu, semoga kita bisa senantiasa memahami dan menjalankan kehinduan kita pada setiap langkah pikir, kata dan laku kita….
Apabila ada pertanyaan jangan ragu….
Santih
semoga damai selalu…
Tugas dan kewajiban umat adalah:
1. menjalankan kewajiban sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat (komunitas dimana berada), warga negara, sebagai umat beragama (sesuai dengan agama yang diyakininya).
2. mewujudkan cinta dalam setiap gerak pikir, kata dan lakunya. Sehingga setiap aktivitas dilandasi oleh cinta. Cinta yang berawal dari dalam diri menjadi cinta universa.
3. mewujudkan keharmonisan hubungan dengan Sang Pencipta, para malaikat/para dewa, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.
4. menundukkan dan menguasai musuh dalam diri yang berupa, marah, loba, irihati, mabuk, bingung, keinginan/nafsu
Bisakah aku menjadi sabar…?
BISA!
Apa yang Tuhan sayangi…?
Umat yang melaksanakan kewajiban di atas…
. Agama Hindu mengenal reinkarnasi.
Seperti yang Bapak ketahui bahwa inti ajaran Agama Hindu adalah Panca Sradda; Lima Keyakinan:
1. Percaya dengan adanya Tuhan
2. Percaya dengan adanya Atman (Roh yang menghidupi mahluk)
3. Percaya dengan adanya Karma Phala
4. Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/Numitis/Lahir Kembali
5. Percaya dengan adanya Moksa/Nirvana
Tujuan agama Hindu adalah mencapai Moksa = bersatunya kembali Atman dengan Tuhan. (bersatu dengan Tuhan)
Bukan Sorga, (dunia yang penuh dengan kenikmatan dan berada dekat dengan Tuhan)
Bila belum mampu mencapai moksa maka mereka akan mengalami proses reinkarnasi, mengalami sorga dan neraka.
Bila perbuatannya baiknya banyak dia akan masuk sorga kemudian dia akan reinkarnasi lagi menjadi manusia yang mendukung dia untuk mencapai moksa (lahir di keluarga spritual dan berkecukupan),
bila perbuatan buruknya lebih banyak maka dia akan lahir menjadi orang yang menderita, atau menjadi mahluk-mahluk bawahan… Dia akan terus mengalamai reinkarnasi sampai dia mampu mencapai Moksa..
Demikianlah prosesnya, kalo ada keraguan silahkan ditanyakan, tiang siap memberikan penjelasan semampunya..
Peraturan dibuat dengan berbagai kepentingan, misalnya dalam pembelian Mobil Volkswagen (VW) di negaranya sendiri harganya sangat mahal, dibandingkan dengan di negara lain contohnya UAE, makanya teman saya yang dari Jerman beli Mobil VW di UAE, kemudian di bawa ke negaranya
Di Indonesia membeli mobil buatan luar negeri pajaknya 300%, sementara di UAE tidak ada pajak, nah kenapa peraturan ini berbeda? karena kepentingannya berbeda, demikian pula di satu tempat/negara, peraturan dibuat untuk menjalankan kepentingan pemerintah baru, ada unsur politis di dalamnya… demikian pula agama yang mengaku terbaru dan terbaik karena ada unsur politis untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya agar nantinya dapat pahala sebanyak-banyaknya..
Kalo diibaratkan makanan, Nasi adalah makanan Pokok Bangsa Indonesia dari jaman ke jaman, walaupun datang makanan pokok baru dari negara lain seperti Gandum/Roti (Barat), Parota (India), Japati (India), Kobus (Arab), dll. Tetap saja Bangsa Indonesia nikmat hidup dengan makan nasi, tidak marem rasanya kalo belum makan nasi… Jadi dalam hal ini bila Agama diibaratkan dengan makanan pokok, tetap ajeg sepanjang jaman asal tanah dan kondisi alamnya mendukung…
Namun Sanatana Dharma (Kebenaran Yang Abadi) yang oleh orang Persia disebut dengan Hindhu, kekal sepanjang Jaman dari 6000 tahun sebelum masehi hingga kini tetap menjadi salah satu Agama terbesar di Dunia… dan inilah peninggalan leluhur Bangsa Indonesia, Banyak wahyu yang diterima oleh Leluhur kami Bangsa Indonesia baik di Gunung Raung (Jawa), Dieng (Jawa), 1000 Masehi (Maha Rsi Dharma Kerthi) di Sumatra…..di Bali…dan ditempat-tempat yang lain…
Agama yang mampu menciptakan kedamaian, keharmonisan, bukan konflik pertengkaran dan pembunuhan…
Agama baru akan terus bermunculan… sepanjang jaman, dan mereka akan diuji oleh jaman itu sendiri, sehingga satu persatu berjatuhan hingga lenyap ditelan masa….
Tidak demikian dengan Sanatana Dharma (oleh orang Persia disebut Hindu), dari 6000 tahun sebelum masehi terus bertahan hingga kini.
Banyak sekali agama-agama bermunculan setelahnya dan seiring berjalannya waktu berguguran… karena banyak yang tidak bisa masuk di logika manusia dan penuh dengan dogma yang mengikat…..
Demikian sedikit penjelasan dari kami, kurang lebihnya mohon maaf, bila Anda ingin berdebat tentang Agama Anda secara indah dan penuh kasih kami akan senang hati menjamu Anda…
Salam Damai dan Sejahtera selalu
Made M.
Dalam sejarah terbukti agama yang mengandalkan politis akan musnah cepat ataupun lambat, beberapa agama yang baru lahir sering mengklaim dirinya paling bagus tapi bila diperhatikan sebagiaan besar negeri yang menganutnya mayoritas terjadi pergolakan
menurut sastrawan Tolstoy, ada tiga jenis manusia terkait dengan agamanya:
1. Manusia yang tidak percaya dengan seluruh kepercayaan/agama apapun
2. Manusia yang melanjutkan agama yang diterima dari orang tuanya
3. Manusia yang mengikuti kata hatinya..
Kami berterima kasih dengan ketertarikan Giovanni, ingin mengetahui agama hindu lebih mendalam…. silahkan selami dan pelajari, bila ada pertanyaan yang sekiranya saya bisa bantu menjawab, tentu dengan senang hati akan saya jawab, dan selamat menjalani proses pencarian… semoga Giovanni menemukan kedamaian dan kebahagiaan
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen , maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya ; “ Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timu r (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha , dll) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M . Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuli yah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:
“Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)
Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam a dalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pendangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden) . Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar, dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataa nn ya bumi in i bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih da ri tujuh, bumi te ta p saja bergoyang, karena gempat.
Kedua, kontradiksi- kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi – kontradiksi intra maupun antar kitab suci – kitab suci agama-agama in i. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuha n (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan H agar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), seangkan Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita – berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh , dll ”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata – kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Qur’an terdapat ayat – ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama – agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini , betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran – ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama – agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno . Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan. “
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena – mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal in i sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.
Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan mem fal sifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu da ri Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajara n yang dikandung kitab suci – kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai – nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, keb a ikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat , menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak peoggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat berbaga i cacat da ri kitab suc i- kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang da ri Tuhan, tetapi da ri manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan- T uhan mereka adalah buatan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi in i tidak dipergunakan di dalam ba i k buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. D ianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abraham ik dan agama Timur.
(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Kare n Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.
om swastiastu,
maaf  tyang kalau banyak bertanya, tyang ini masih buta dengan ajaran tyang (hindu. begini teman-teman tyang juga sering bertanya knapa agama hindu berbeda-beda di setiap negara, padhal agama hindu kan berasal dari india, kenapa bisa berbeda?? baik itu dari segi hari raya, pakaian, bahkan ada dari doa-doa memakai bahasa bali kuno.jangankan di dunia di indonesia saja agama hindu itu berbeda, seperti hindu jawa, bali, hindu dayak. terlihat bahwa hindu itu tidak kompak tidak ada acuan yang pasti.
nahh tyang bingung kalau menganggapi pertanyaan seperti itu. skali lagi mohon pencerahannya.
suksme

PENJELASAN:
Agama Hindu memiliki 3 kerangka dasar yang terdiri dari:
1. TATWA/FILSAFAT
2. ETIKA/SUSILA
3. UPACARA/RITUAL
Dalam FILSAFAT/TATWA Agama Hindu dimanapun berada SAMA,mendasarkan diri pada VEDA (Baik Sruti maupun Smerthi), ITIHASA (Ramayana, Mahabharata, Upanisad, dst). Contohnya: Setiap orang Hindu percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa: dasar acuannya Veda: “Ekam Evam Adwityam Brahman”, Hanya ada satu Tuhan tidak ada yang kedua.
Setiap orang Hindu Percaya Hukum Karma Phala dimanapun berada…. dan seterusnya
Dalam SUSILA, orang hindu juga sama, contohnya: Ahimsa: Tidak boleh menyakiti mahluk lain baik melalui pikiran perkataan dan perbuatan, contoh lainnya: Semua Orang Hindu menjujung tinggi Kejujuran acuannya: Ajaran Arjawa (jujur) dan Panca Satya (lima kesetiaan seperti: Setia Pada Kata Hati, Setia Pada Ucapan, Setia Pada Tindakan, Setia Pada Janji, dan Setia pada Teman), contoh lainnya, semua orang Hindu menjalankan ajaran Tat Twam Asi, Kamu adalah Aku, Aku adalah Kamu, jadi kalo aku menyakitimu sama dengan aku menyakiti diriku sendiri, jadi Aku harus menyayangimu seperti menyayangi diriku sendiri, sehingga dalam pergaulan akan diterima dimanapun berada…. dan masih banyak lagi bisa dibahas pada session yang lain.
PADA upacara/ritual, dasarnya adalah keihlasan… kebebasan.. karena umat Hindu sangat menghargai kebebasan Individu dalam mengekspresikan rasa kasih sayangnya, rasa cintanya Pada Tuhan, oleh karena itu Agama Hindu sangat menghargai budaya setempat dimana orang Hindu berada, menjaga local geniusnya, menjaga tradisi budaya yang telah tercipta ribuan tahun….
Dasar Ritual adalah Yadnya: Korban Suci yang tulus ikhlas… jadi ukurannya KEIHLASAN…Dan Orang Hindu percaya apapun yang Ada adalah Ciptaan Tuhan otomatis juga adalah Miliki Tuhan/Hyang Widdhi, jadi sebelum menikmati harus dihaturkan terlebih dulu pada yang Punya, Minta Ijin dulu…. Bila dia seorang Nelayan punyanya hanya Ikan maka, Ikan yang dipersembahkan pada Tuhan… Bila dia seorang Pembuat Kue, Kue yang dimiliki maka, Kuelah yang dipersembahkan kepada Tuhan,… Bila dia seorang Penari, punyanya tarian, maka tarianlah yang dipersembahkan kepada Tuhan… Bila dia seorang Tukang Ukir, dibikinlah bangunan yang indah-indah tempat untuk memuliakan Tuhan… dan seterusnya… Di Bali masyarakatnya sebagian besar adalah seniman… maka dia menghaturkan hasil karya seninya, daun yang dia punya diukir biar indah, buah yang dia punya dirangkai dengan indah, sehingga yang paling indah, yang paling enak dan yang paling bagus semua dihaturkan pada Tuhan, nanti sisanya baru dinikmati…
Demikian pula, karena budaya dan tradisi suku Bali, Jawa, Dayak, berbeda-beda maka tampaklah mereka berbeda-beda, seperti ketika bapak berpakaian, dalam satu keluarga pasti tidak percis sama, dari ukurannya beda, modelnya beda, warnanya beda, bahannya beda… dan seterusnya… JADI PERBEDAAN ITU ADALAH SANGAT ALAMI, DAN BEING SPRITUAL IS BEING NATURAL… Semakin spritual orang akan semakin menyatu dengan alam, sehingga berbuah kedamaian, keindahan dan kebenaran….
Dalam menuju Tuhan, Umat Hindu menyediakan banyak jalan (Yoga), ada dengan mendasarkan Kecerdasan, bisa lewat Jnana Yoga, Ada yang mendasarkan kerja tanpa pamrih, bisa lewat Karma Yoga, Ada yang medasarkan rasa, lahirlah berbagai karya seni, bangunan, tari, lukisan, patung, dsb, bisa lewat Bhakti Yoga, Ada yang suka berpuasa, berlatih nafas, berkonsentrasi, berkontemplasi, merenung, bisa lewat Raja Yoga, semua itu ada tuntunannya… Dan karena manusia lahir dengan perbedaan inilah makanya disediakan jalan yang berbeda-beda, oleh karenanya tampak berbeda -beda.
Contoh kecil saja: Dalam mendapatkan uang, karena orang terlahir berbeda-beda maka caranya dapat uang juga berbeda-beda, ada yang berdagang, ada yang bertani, ada yang beternak, ada yang berkebun, ada yang menjadi nelayan, ada yang menjadi pegawai negeri, ada yang jadi pegawai swasta… yang penting di dasari oleh kebenaran dalam menjalankan tugasnya, JUJUR, SATYA, AHIMSA, ARJAWA, dst….
Sekian itulah sekilas sejarah agama HINDU.

Rabu, 20 Juli 2011

PREPOSITION

Preposition (Kata Depan) adalah kata yang tidak dapat berubah bentuknya dan biasanya di letakkan di depan kata benda atau padanan kata benda lainnya (objek) yang bertujuan untuk menunjukkan hubungannya tertentu dengan kata-kata lain dalam kalimat.
Di bawah ini adalah contoh Kata Depan (Preposition)

above, about, across, against, along, among, around, at, before, behind, below, beneath, beside, between, beyond, by, down, during, except, for, from, in, inside, into, like, near, of, off, on, since, to, toward, through, under, until, up, upon, with, within.

Contoh:
  • It is a container for butter.
    (Preposition "for" menunjukkan hubungan antara "butter" dan "container".)
  • The eagle soared above the clouds.
BENTUK PREPOSITION

Bentuk-bentuk Kata Depan adalah sebagai berikut:
1. Simple Preposition (Kata Depan Tunggal)
  • after, at, by, for, from, of, over, on, in, through, to, off, till, under, up, with, dsb
2. Double Preposition (Kata Depan Ganda)
  • into, onto, from under, from among, from off, from within, over against, dsb
3. Compund Preposition (Kata Depan Majemuk)
  • across (on cross), along (on long), behind (by hind), about (on by out), above (on by up), before (by fore), beneath (by neath), beside (by side), between (by twain), beyond (by yonder), but (by out except), within (with in), without (with out), dsb
4. Participal Preposition (Kata Depan Partisif)
  • pending, during, notwithstanding, past, except, considering, concerning, regarding, dsb
5. Prepositional Phrase (Frase Kata Depan)
  • because of, by means of, in behalf of, in front of, in view of, by reason of, with respect to, with regard to, aith relation to, on behalf of, in spite of, dsb.
6. Disguised Preposition (Kata Depan Tersembunyi)
  • three o'clock (three of clock)
  • Jack o'lantern (Jack of the lantern)
  • He has gone a-hunting (on hunting) 
PREPOSITION DI AKHIR KALIMAT

Hindari meletakkan sebuah kata depan di akhir kalimat.Karena kata depan sebaiknya di depan kata benda

Contoh:
  • That is a situation I have not thought of. (SALAH)
  • She is a person I cannot cope with. (SALAH)
  • It is behaviour I will not put up with. (SALAH)
Kalau Anda terbentur pada posisi kata depan yang menurut Anda harus diletakkan di akhir kalimat, maka pindahkan posisinya pada tempat yang tepat dan tidak merubah makna kalimat yang ingin Anda sampaikan.

Contoh:
  • That is a situation of which I have not thought.
  • She is a person with whom I cannot cope.
  • It is behaviour up with which I will not put.
Namun cara yang terbaik adalah dengan mengganti kata agar tidak membingungkan pembaca. Tapi perlu diingat, penggantian kata tersebut tidak merubah makna dan memiliki arti yang sama dengan kata yang ingin kita gantikan. Perhatikan contoh berikut ini untuk menggantikan contoh kalimat di atas.

Contoh:
  • That is a situation I have not considered.
  • It is behaviour I will not tolerate.

TIPS

PILIHAN ANDA

Kesimpulannya, jika Anda tidak dapat menemukan kata pengganti yang cocok untuk menggantikan kata depan yang berada di akhir kalimat, maka Anda dapat memilihnya yaitu tetap meletakkan kata depan tersebut di akhir kalimat, atau merubah susunan kata depan tersebut. Kalimat pertama di bawah ini secara teknis tidak tepat karena kata depan berada di akhir kalimat. Namun kalimat yang kedua kedengarannya agak aneh dan dapat membingungkan pembaca.

  • She is a person I cannot cope with.
  • She is a person with whom I cannot cope.
Kebanyakan orang yang memahami masalah ini, mereka menggunakan kalimat yang kedua. Tapi memang lebih baik jika kita dapat menggantikan kata tersebut dengan kata yang lain yang memiliki arti yang sama dan tidak akan merubah makna kalimat tersebut, lebih baik menggantinya dengan kata lain yang lebih tepat agar lebih mudah dipahami pembaca.
APA YANG MENGIKUTI KATA DEPAN?
Kata setelah kata depan disebut sebagai "Object of the Preposition".

Contoh:
  • The cat ran under the car.
    (Kata "the car" adalah objek dari "under".)
  • Can you give this parcel to him tomorrow?
    (Kata "him" adalah objek dari "to".)
Kata Depan dapat juga berada di depan kata ganti (Pronouns) selain kata benda.

Contoh:
  • Can you give the parcel to him?
  • I went to the cinema with them.
Namun kata "whom" merupakan objective case dari "who", dan hal ini dapat membingungkan pembaca.

Contoh:
  • Andy saw the scouts, at least one of whom was armed, through the mist. 
  • Against whom did you protest if there was nobody present? 

TIPS

WHOM SETELAH KATA DEPAN

Gunakan "whom" setelah kata depan

WHETHER SETELAH KATA DEPAN

"whether" dapat diletakkan setelah kata depan:

  • A decision about whether the elections were legal is pending.
  • Will you raise the question of whether we are investing in the system or withdrawing?

PENGGUNAAN KATA DEPAN SECARA LEBIH TERPERINCI

Senin, 18 Juli 2011

Perbedaan Puisi, Pantun, dan syair.

1. PUISI
Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Unsure-unsur intrinsik puisi adalah
1. Tema yaitu tentang apa puisi itu berbicara
2. Amanat yaitu apa yang hendak dinasehatkan kepada pembaca
3. Rima yaitu persamaan-persamaan bunyi
4. Ritme yaitu perhentian-perhentian atau tekanan-tekanan yang diatur
5. Majas atau gaya bahasa yaitu permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi
6. Kesan yaitu perasaan yang diungkap lewat puisi
7. Diksi yaitu pilihan kata atau ungkapan

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Contoh Puisi Dalam BAHASA INGGRIS
The Unsent Poem
Favorite song plays in the background
Every lyric reminding me of you
Conversations running through my head
So many things that I wish you knew
 
Everytime that you brought me happiness
I just never quite knew what to say
I was afraid to say the wrong thing
Thinking it would make you go away


Every night I did the same old thing
I wrote poem after poem on my bed
I love you written a hundred ways
Because of fear, they were never said


The stack of poems stands tall
Not one ever making it to you
You simply walked away from me
And a love that you never knew


If only I would have taken a chance
I know that you would still be here
At night I still write you many poems
Only now the ink is mixed with tears


by Brandon
posted on 12/03/2008


My Heart Beat
© By Wesley Bullock


The sound of my heart beat is racing 
I always thinking of you pacing into my arms let me hold you tight only thing 
I want from you is to smile cause your smile is bright as the sunlight i might have been fallen into your love i can see at top nobody else above it 
I will search high or low just see you and hear you talk never have no fear i'm never gonna break your heart I know we can't be rushing it feels like my heart is gushing out my chest 
I just wanna say pick me and i can do better for than the rest i can show you whos the best my heart is racing more im still waiting you pace into my arms if you wanna hear them three words 
I love you if thats the case

contoh PUISI dalam BAHASA INDONESIA
Pasar Pagi Denpasar
Sepanjang jam air
Sepanjang jam pasir
Di sungai – sungainya yang malam
Denpasar mencapaiku dari  pasar pagi

Di sungai – sungainya yang malam
Perempuan – perempuan menjajakan subuh
Matanya dipenuhi bunga palawija
Kembang bawah tanah
Yang tak pernah disunting tubuh

Sepanjang jam air, sepanjang jam pasir
Perempuan itu menempuh pagi
Menumpahkan seluruh isi susunya
Perempuan yang telah melampaui akilbaliq itu
Juga menemukan aku

Mari saya ceeritakan sejarah pasar, tawaranya
Kisah yang dimulai dari hujan dan
Burung yang belajar terbang dengan sayap terluka
Hujan yang mendinginkan burung – burung kudus
Dengan sangat api yang tumbuh dari kening kupu – kupu

2. PANTUN
PENGERTIAN PANTUN
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
JENIS PANTUN DAN CONTOHNYA
1. Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum Tinggi
sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Ikan berenang didalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang dibuku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
2. Pantun Agama
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa
Daun terap diatas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Bunga kenanga diatas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat dipintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
3. Pantun Budi
Bunga cina diatas batu
Daunnya lepas kedalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Diantara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Jikalau kita bertanam padi
Senanglah makan adik-beradik
Jikalau kita bertanam budi
Orang yang jahat menjadi baik
Kalau keladi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
Kalau budi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
4. Pantun Jenaka
Dimana kuang hendak bertelur
Diatas lata dirongga batu
Dimana tuan hendak tidur
Diatas dada dirongga susu
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada didalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Naik kebukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palm
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
Limau purut di tepi rawa,
buah dilanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa,
melihat kucing duduk berbedak
5. Pantun Kepahlawanan
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi
6. Pantun Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu kepadang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik kehulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi Melaka
Berapa manis bernama nira
Simpan lama menjadi cuka
Disangka nenas ditengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari
7. Pantun Nasihat
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning ditengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengam tekun
8. Pantun Percintaan
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera diatas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu di gulai anak seberang
Jika tak dapat di masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi ranting kayu.
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Belikan sahaya pisau lipat
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi benang pengikat
Kalau tuan mencari buah
Sahaya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Sahaya pun menjadi badan.
9. Pantun Peribahasa
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul
Harapkan untung menggamit
Kain dibadan didedahkan
Harapkan guruh dilangit
Air tempayan dicurahkan
Pohon pepaya didalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
10. Pantun Perpisahan
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi
11. Pantun Teka-teki
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya
Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya ?

3. Syair – Pengertian dan contoh

Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain:
Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
_
Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, sebagai berikut.
1. Syair Panji
Syair panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berada atau berasal dari dalam istana.
Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
2. Syair Romantis
Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
3. Syair Kiasan
Syair kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buahbuahan.
Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan “seperti pungguk merindukan bulan”.
4. Syair Sejarah
Syair sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah.
Sebagian besar syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh syair sejarah adalah Syair Perang Mengkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.
Syair berbahasa Arab yang tercatat paling tua di Nusantara adalah catatan di batu nisan Sultan Malik al Saleh di Aceh,
bertarikh 1297 M.
5. Syair Agama
Syair agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a) syair sufi, (b) syair tentang ajaran Islam, (c) syair riwayatcerita nabi, dan (d) syair nasihat.
Perlu kita ketahui, setiap syair pasti mengandung pesan tertentu. Pesan tersebut dapat kita simpulkan setelah memahami isi sebuah syair.
Contoh syair agama : Syair Perahu, Syair Dagang (banyak yg bilang karangan Hamzah Fansuri, tapi para ahli membantahnya), Syair Kiamat, Bahr An-Nisa, Syair Takbir Mimpi, Syair Raksi



 


 





 

Jumat, 15 Juli 2011

Peribahasa Bahasa Indonesia

ALFABET A
Ada asap ada api."
Where there is smoke, there is fire.
Meaning: There's a cause for everything.

"Ada gula ada semut."
Where there is sugar, there are ants.
Meaning: People tend to be attracted to what most benefits them

"Ada udang di balik batu."
There is a shrimp behind the stone
Meaning: There is a hidden motive behind an act

"Air beriak tanda tak dalam."
Shallow water has ripples.
Meaning: Overly boisterous/ loud-mouthed people often don't know much. To be "all talk".

"Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga."
Water dripping from the roof will eventually go to the reservoir.
Meaning similar to "Like father like son" or "An apple never falls far from the tree"

"Air dicincang tak putus."
Water minced will not separate.
Meaning: Like the seaweed that clings together after each passing boat separates them, so too a family will come together with the passing of each crisis.
See also: "Biduk lalu kiambang bertaut."

"Air susu dibalas dengan air tuba."
Milk is repaid with poison
Meaning: A good deed that is repaid by a bad deed

"Air tenang menghanyutkan."
Still water runs deep.
Meaning: Never underestimate a quiet person, for he may have qualities that belie his quiet nature.

"Air tenang jangan disangka tiada buaya"
Never think that still water doesn't have crocodiles.
Meaning: Never take for granted a peaceful outlook since danger may lurk beneath.

"Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan."
A child in the lap is let go, a monkey from the forest is nursed instead.
Meaning: Changing priorities.

"Ala bisa karena biasa."
Practise makes perfect.
Meaning: If we practice enough, we can do really well.

"Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu."
The dogs are barking, the caravan moves on
Meaning: Useless protest, criticism or sarcasm.

"Asam di gunung, garam di laut bertemu dalam satu belanga."
Tamarind in the mountain, salt in the sea meet in the one pot.
Tamarind and salt are two of the most important and frequently used spices in Indonesia.
Meaning: Even things that are far apart can meet as one. Usually used to settle differences between two rivalries or to express a relationship from two very different entities. Or, in the context of match-making, even two persons of different backgrounds / from.
ALFABET B
Berdiang di abu angin
Mengharapkan pertolongan kepada yang lemah

Kalah jadi abu menang jadi arang
Yang kalah dan yang menang sama-sama rugi, sama-sama rusak

Seperti abu diatas tunggul
Kedudukan yang tidak kuat

Sudah jadi abu arang
Telah rusak sama sekali (tidak dapat diperbaiki)

Telentang sama makan abu, tertelungkup sama makan tanah
Sama-sama setia dalam suka dan duka, seia sekata

Terpegang di abu hangat
Orang yang kecewa dalam suatu pekerjaan, baru saja dimulai sudah mendapatkan kesusahan .
ALFABET B
Bagai air di daun talas."
Like water on a taro leaf.
Talas leaves have a thin waxy layer and therefore are quite waterproof.
Meaning: Two different things/people that do not get along.
Sometimes used for a person who does not have a firm conviction.

"Bagai aur dengan tebing "
Like bamboo and the river bank
Meaning: Each is dependent of the other for mutual survival.
See also: "Bagai kuku dengan isi".

"Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau."
Like a kerakap leaf on a rock, unwilling to live, unwilling to die.
Kerakap is the wide leaf of sirih tree and is extraordinarily resilient and long lasting. However, as with other leaves, once plucked from the tree, it is bound to die.
Meaning: Fighting a losing battle.

"Bagai kuku dengan isi."
Like a fingernail and the flesh beneath.
Meaning: Each is dependent on the other for mutual survival.
See also: "Bagai aur dengan tebing".

"Bagai makan buah simalakama."
As if eating Simalakama fruit.
The story goes that if one is presented with the fruit of Simalakama and eats it, his father would die, if not, mother would die instead.
Meaning: In a no-win situation where all the possible solutions have a terrible or undesirable outcome.

"Bagai mendapat durian runtuh."
Like obtaining a fallen durian.
Meaning: When a durian tree's fruit is ripe, many of the durians will fall to the ground. This proverb refers to someone who has suddenly gained much wealth/ good fortune.

"Bagai menatang minyak yang penuh."
Like carrying a cupful of oil.
Meaning: A person who is extremely cautious in doing something. Often used to describe one's love for a child.

"Bagai pungguk merindukan bulan."
Like an owl craving for the moon.
Meaning: To wish for something impossible.

"Bagai telur diujung tanduk."
Like an egg on the tip of a horn.
Meaning: In a very difficult/ tricky situation. The egg will soon fall and break.

"Bagaikan air dengan minyak."
Like water and oil.
Meaning: Opposite/ clash; do not go well together.

"Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Paddle to the mouth of the river, swim down to the edge. Go through pain or hardship first, then experience fun and happiness."
Often, both couplet are cited. Sometimes just the first couplet. Rafting up the stream signifies arduous effort, swimming (downhill) is the fun and easy part.
Meaning: No pain, no gain.

"Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing."
Heavy, we carry together, light, we carry together.
Meaning: Collaboration, sharing of burden irrespective of the weight (through thick and thin).

"Bermain air basah, bermain api hangus."
Playing with water, wet. Playing with fire, burned.
Meaning: Every action has its consequences.

"Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian."
The second couplet of "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian."
Meaning: No pain no gain.

"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh."
United we stand, divided we fall

"Besar pasak dari pada tiang."
The peg is greater than the stake
In camping, pegs for the camp should be smaller than the stakes. It would be a waste if we make the pegs greater than the stakes.
Meaning: Expense is bigger than income.

"Biduk lalu kiambang bertaut."
Hull gets past seaweed gets together again.
Meaning: Like the seaweed that clings to each other after each passing boat separates them, so too a family will come together with the passing of each crisis.
See also: "Air dicincang tak putus"

"Buruk muka cermin dibelah."
Ugly face, the mirror is split.
Meaning: Blaming the wrong reason/cause or creating a scapegoat.

Badai pasti berlalu
Kesulitan hidup pasti akan berkurang dan akhirnya akan hilang

Badai makan anak
Ayah membuang anak karena takut kebesarannya akan hilang .
 ALFABET C
"Cacing hendak jadi naga"
A worm want to be dragon
Mean : Contemptible man dream like a great man

"Carik-carik bulu ayam, lama-lama bercantum juga"
Perselisihan antar saudara akan berakhir dengan perdamaian

"Cempedak berbuah nangka"
Memperoleh lebih dari yang diharapkan
ALFABET D
"Dimana ada kemauan, di situ ada jalan."
Where there is a will, there is a way

"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung."
Wherever ground is stood on, the sky is hold high
Meaning: Wherever we live, we must observe the local custom.

"Dimana tak da lang, aku lah lang, kata belalang."
Where there are no eagles, I am the one, said the grasshopper.
Here's a rhyming play in the proverb. The first and second "lang" are Eagle = Elang, which rhymes with Grasshopper = Belalang.
Meaning: Where's no top dogs, underdogs will be seen as one.

"Duduk sama rendah, tegak sama tinggi."
Sitting the same low, standing the same height
Meaning: Equality, emancipation.

"Dunia tak selebar daun kelor."
The world isn't as wide as kelor leaves.
Meaning: The opposite of It's A Small World.
Usually to comfort a broken heart, suggesting "Hey, there are still plenty of girls/guys out there."
.
Belah dada lihatlah hati
Bermaksud untuk mengatakan yang sebenarnya

Seluas dada tuma
Terlalu sempit
Tiba di dada dibusungkan, tiba diperut dikempiskan
Mendapat perlakuan tidak adil Tepuk dada tanya selera Berfikir sebelum mengambil keputusan .
ALFABET G
"Gajah bertarung lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah."
Elephants wage war against elephants, deers die in the midst
Meaning: When prominent persons fights, commoners would suffer.

"Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut diseberang lautan tampak."
An elephant on the eyelid can't be seen, but an ant on the other side of the sea can.
Meaning: An egoistic person can't realize his/her own mistakes, but can always find mistakes of others

"Gajah mati meninggalkan gadingnya, macan mati meninggalkan belangnya, manusia mati meninggalkan namanya."
An elephant dies leaves its tusk, a tiger dies leaves its stripes, a person dies leaves his/her name.
Meaning: Someone will be remembered by his/her accolades.

"Gugur satu, tumbuh seribu."
One fallen, thousands blossoming.
Meaning: Suggesting optimistic nature on facing struggle, the same as: "there still plenty of fish in the sea".

"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari."
The teacher urinates while standing, the pupil urinates while running.
Meaning: A junior will always mimic/do what the senior does
ALFABET H
"Habis manis sepah dibuang."
Literally: Habis = Finished, Manis = Sweet, Sepah = Tasteless, Dibuang = Thrown away.
Illustrated when someone is enjoying sugar canes: After the sweet part is finished and becomes tasteless, the cane is thrown away.
Meaning: We only call our friends if we need help, and we don't help our friends in need (egoistic act)

"Hati gajah sama dilapah, hati tungau sama dicecah"
Translation: An elephant is still an elephant when flayed; a flea is still a flea if you proke at it.
Meaning: You get what you get - if you get a lot of something, then you have a lot, if you get a small amount of something, you only have a small amount.
.

Berhemat sebelum habis
Membiasakan hidup hemat agar memiliki persediaan untuk masa mendatang

Memakan habis-habis, Menyuruh hilang hilang
Bila dipercaya merahasiakan sesuatu hendaknya berusaha selalu menyimpannya baik-baik

Habis manis sepah dibuang
Dibuang setelah tidak diperlukan lagi

Habis air setelaga arang dibasuh tak putih
Walaupun diupayakan sedemikian rupa, tabiat jahat sukar berubah

Habis air habislah kayu jagung tua tak hendak dimasak
Melakukan pekerjaan sia-sia yang tidak mendatangkan untung

Habis sampan kerong-kerong tak dapat
Melakukan perbuatan yang sia-sia .

"Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai."
Translation: The will of the heart is to hug the mountain, but the arm is not long enough.
Meaning: This proverb is often used to illustrate a person who does not have enough resources to do/accomplish his goal/wish.
ALFABET I

"Isi lemak dapat ke orang, tulang bulu tinggal kita"
Mendapat kesusahan, sementara orang lain dapat senangnya

"Ijuk tak bersagar, lurah tak berbatu"
Tidak mempunyai saudara yang disegani orang

"Ikan sekambu rusak oleh ikan seekor"
Karena kesalahan seseorang, orang banyak menanggung akibatnya.
ALFABET J
"Jadilah kumbang, hidup sekali di taman bunga, jangan jadi lalat, hidup sekali di bukit sampah."
Be a bee, lived once in a flowery garden, not a fly, lived once in heaps of garbage.
Meaning: Try to be well and useful life.

"Jadilah orang pandai bagai padi yang merunduk."
Be a smart man, like drooping paddy.
Paddy droops more as it matures since its kernel is getting heavier.
Meaning: To be a smart man you need to be humble. Or: A smart man is usually humble. See Tong kosong nyaring bunyinya
ALFABET K
Kacang lupa kulitnya."
Translation: A nut forgets its shell
This proverb is often used to illustrate a person who forgets where he/she come from (e.g. hometown, family, heritage, etc.)

"Kalah jadi abu, menang jadi arang."
Translation: Loser becomes ashes, winner becomes (burnt) coal.
This proverb is often used to illustrate a lose/lose situation, where both winner and loser gain nothing from the conflict.

"Kalau tak ingin terlimbur pasang, jangan berumah di tepi laut."
If you don't want to get flooded, don't build a house next to the sea.

"Kalo di hutan tak ada singa, beruk rabun bisa menjadi raja."
If there were no lion in the jungle, a blind monkey can be king.

"Karena mulut badan binasa."
Because of the mouth the body is destroyed.

"Karena nila setitik, rusak susu sebelanga."
One drop of indigo stains the whole cauldron of milk.
The word "indigo" here means something like ink.
Meaning: one ill behaviour may cause others to forget the kindness we've done.

"Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan."
The love from a child is as long as a stick, the love from a mother is as long as a road
Meaning: A mother's love is neverending

"Ke gunung sama mendaki, ke lurah sama menurun."
Together we climb the mountain, together we climb down the hill
Meaning: Together in good and bad times

"Keluar mulut harimau, masuk mulut buaya."
Out from the tiger's mouth, into the crocodile's mouth.
Meaning: To describe a person who has just gotten out from a precarious situation just to get into another precarious situation.

"Kemarau setahun dihapuskan hujan sehari."
A year of dry season (summer) is erased by a day of rain
Meaning: A long dispute has been forgoten by love, or sometimes a long time of goodness has been forgotten by one badness.

"Kepala boleh panas, tetapi hati harus tetap dingin."
Head can be heated but heart must stay cool.
Meaning: No matter how stressed or angry we are, we have to solve a problem with rationale.
Meaning: A dispute can only be resolved by discussing the problem openly and coolly.

"Kepala sama hitam, isi hati siapa tahu."
The hair is all colored the same (black in this case), but no one will know the inside of one's heart
Meaning: A different way of thinking in every person

"Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu."
Literally means the turtle in the boat, pretending not to know.
Meaning: People say it to imply that somebody knows more than he or she is letting on
ALFABET L
"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya."
Different fields have different insect, different ponds have different fish.
Meaning: Different people have different personality.
Meaning: Different background means different thinking.
Meaning: Different culture means different custom.

"Lancar kaji karena diulang, lancar jalan karena ditempuh."
We spell fluently because we keep repeating it. We know the route because we pass it often.
Meaning: Be dilligent in learning.

"Lebih baik satu burung ditangan dari pada sepuluh burung dipohon."
Better one bird in the hand than 10 birds on the tree.
Meaning: Better something than nothing.

"Lempar batu sembunyi tangan."
Throw a stone but hide the hand.
Meaning: Someone who doesn't want to be responsible for his/her doing.

"Luka di kaki, sakit seluruh badan."
A pain in the feet, the whole body feels it.
Meaning: To describe a unity of a society
ALFABET M
"Malu bertanya, sesat di jalan."
Embarrassed to ask will result in getting lost.
Meaning: Asking question is the only way to learn

"Mati satu tumbuh seribu."
One dead replaced by one thousand.
Used to describe the undying spirit of a movement (for instance during the struggle for independence)
Also: "Gugur satu tumbuh seribu." The word 'gugur' means similar as 'mati' (die), but it usually relates only with dead leaves (when a leaf dries it will fall from its tree) or somebody who dies in honour, like the heroes. Thus, "Gugur satu tumbuh seribu" sounds more patriotic than "Mati satu tumbuh seribu."

"Memancing di air keruh."
Fishing in a murky water.
Meaning: Taking advantage of a murky/confusing situation.

"Memang lidah tidak bertulang."
The tongue indeed has no bone.
Meaning: To describe, with disgust, a person who has no principle, who kept changing what he/she says, who is a big time liar.

"Menang jadi arang, kalah jadi abu."
Meaning: To describe a no win situation
Same as: Bagai makan buah simalakama.
See: Kalah jadi abu, menang jadi arang

"Mengharap burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan."
Meaning: Expecting something bigger, and we let go what we already have.
Example: A gamble who gamble away his paycheck expecting to win big but ends up with nothing.

"Mengharapkan hujan turun, air di tempayan ditumpahkan."
Eager for the rain to fall, water already stored is thrown away.
Same as: Mengharap burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan

"Menuhuk kawan seiring menggunting dalam lipatan."
To punch a comrade, to cut inside a fold.
Meaning: To describe a traitor (or traitorous acts)

"Merdeka atau mati."
Freedom or death.
Meaning: We have to fight for our freedom as long as it takes, and we shall not mind the death following our struggle for independence.
That is a very common motto in Indonesian wars against the Dutch colonialisation, usually written "Merdeka ataoe mati", because at that time, 'u' was still written as 'oe', just like the current 'y' was 'j', the 'j' was 'dj', and the 'c' was 'tj'.
ALFABET N
Nasi telah menjadi bubur."
The rice has become porridge
Meaning: Describe, usually with regret, something that has already happenned and is irreversible
ALFABET P
"Panas mentari di kepala orang banyak, panas hati dirasa sendiri."
The heat of the sun is felt by everybody, the heat in the heart can only be felt by oneself.
Meaning: There is no point of nurturing a contempt/hate/anger inside us.

"Patah tumbuh hilang berganti."
Whatever broken will grow back, whatever lost will be replaced.
Meaning: There will be a replacement for everything.
Usually is used to describe the undying spirit of a movement (for instance, during the struggle for independence.)
Similar to: Mati satu tumbuh seribu.

"Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna."
Thinking first is an asset, regret later is useless.
Meaning: Think everything carefully before committing yourself because there is no point for regretting it later.

"Pikir itu pelita hati."
Thought is the light of the heart
Meaning: Think!

"Pucuk dicinta ulam tiba."
Meaning: To get something one silently expects/wishes for.
ALFABET R

"Rajin pangkal pandai."
Meaning: diligence is the beginning of brilliance

"Rumput tetangga selalu lebih hijau."
The neighbour's lawn/grass is always greener.
Meaning: we are never satisfied with our posessions.
ALFABET S
"Sambil menyelam minum air."
Drink water while diving
Meaning: Do two things at one go

"Sedia payung sebelum hujan."
Have an umbrella ready before the rain
Meaning: Always be prepared

"Sejelek-jelek pemimpin pasti punya anak buah, sebaik-baik pemimpin pasti punya musuh."
No matter how bad a leader is he/she will have followers, no matter how good a leader is he/she will have enemies.
Meaning: There is always someone who loves you, and someone who hates you.

"Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya."
Once a person cheats in an exam, forever people will distrust him.
Meaning: Once you lost the trust of someone, it is almost impossible to gain it back.

"Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui."
One stroke at the paddle, two and three islands have passed.
Meaning: Do multiple tasks at one go.

"Sekali bah, sekali pantai berubah"
Once there is a flood, the beach will change
Meaning: A change of event such as the death of a leader, will lead to other changes.
Same as: Sambil menyelam minum air.

"Sepandai-pandai tupai meloncat, akhirnya jatuh juga."
No matter how good a squirrel can jump, it will fall eventually.
Meaning: No matter how smart a person is, eventually he/she will make a mistake.

"Seperti katak dalam tempurung."
Like a frog trapped inside a coconut shell
Meaning: No experience, narrow minded (but acts as if he knows everything)

"Seperti katak hendak jadi lembu."
The story says of a frog that wants to be as big as a cow by inflating itself. In the end, its body bursts open and the frog dies.
Meaning: Someone who expect to become someone that beyond him.
Meaning: Someone who wish/expect something impossible.
Similar with: Bagai pungguk merindukan bulan

"Seperti pinang dibelah dua."
Like a halved pinang.
Pinang is a tree with very straight up trunk, similar to the palm tree.
Meaning: Like a twin, very similar (in appearance)

"Setajam-tajam pisau, masih lebih tajam lidah."
No matter how sharp a knife is, a tongue is even sharper.
Meaning: Be careful of what you say as it can hurt more (feelings) than a knife

"Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan juga."
No matter how high a crane flies, it will fall into the pit eventually.
Meaning: No matter how successful a person is, he/she will experience some bad things too.

"Sudah jatuh, tertimpa tangga pula."
A person slips, and a ladder falls on him.
Meaning: All the bad things seems to happen at the same time.
To describe a very unlucky person who has been having an unlucky streak.

"Surga di telapak kaki ibu."
Heaven is on the bottom of mother's foot.
Meaning: A person who loves/cares about their mother is doing the best deed.
This is also a reference to the saying of Prophet Mohammad of the same meaning, explaining the position of Mother in Islamic belief.

"Siapa menabur angin, akan menuai badai."
Whoever sows the wind reaps the storm.
Meaning: Your actions all have consequences. You are responsible for the bad consequences of your bad actions.
ALFABET T
Tak ada gading yang tak retak."
There is no ivory that is not cracked.
Meaning: Nothing is perfect in this world.

"Tak ada rotan, akar pun jadi."
No rattans, roots will do.
Meaning: If you are desperate, you must not be choosy.

"Tak bisa menari dikatakan lantai yang berjungkit."
Cannot dance but blame the floor as uneven.
Meaning: Blaming the wrong reason. Looking for a scapegoat.
Same as: Buruk rupa cermin dibelah.

"Tong kosong nyaring bunyinya."
An empty drum gives loud sound.
Meaning: A person who talks a lot usually is empty inside (of knowledge).

"Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi nakal."
The Older, The Worse
Meaning: Older but instead of getting wiser, one gets naughtier.
.

.

.